Home » Posts filed under Hasil penelusuran untuk Gereja Lokal
Pada bulan September 2013 lalu, misi Protestan di Cina genap berumur
206 tahun. Menurut perkiraan beberapa lembaga misi, jumlah umat Kristen
Protestan saat ini sudah mencapai sekitar 160 juta jiwa.
Berkembang 100
kali lipat lebih sejak tahun 1949. Jumlah ini masih akan bekembang tiga
kali lipat di generasi berikutnya.
Dua dekade lagi populasi Kristen
Protestan bisa mencapai 400 juta jiwa. Ini sungguh suatu mujizat dan
memperlihatkan bahwa di Cina saat ini sedang terjadi gelombang
kebangunan rohani yang besar.
Sedang terjadi perubahan transformatif
sebagai hasil salib. Ini adalah momentum emas, renesans Kristen untuk
Cina. Saat ini, Kristen Protestan merupakan agama yang paling cepat
pertumbuhannya di Cina.
Cina merupakan satu-satunya ladang misi yang
paling berbuah di dunia. Cina akan menjadi tulang punggung dan pusat
agama Kristen menggantikan AS dan Eropa. Hal ini karena semangat misi
orang Cina sangat kuat sekali
Kekristenan akan menjadi salah satu kekuatan besar pembentuk
kebudayaan Cina dan Asia.
Walaupun populasinya belum menjadi mayoritas,
akan tetapi dengan populasi 160 juta yang yang antusias bagi Kristus,
pengaruh gereja pada masyarakat Cina semakin besar dalam dunia politik,
budaya, bisnis, dan media.Mantan Presiden Cina, Hu Jintao pun mengakui
bahwa masa depan Cina akan sangat ditentukan oleh Kekristenan. Disamping
itu, perkembangan orang Cina Kristen di perantauan (luar negeri) juga
luar biasa.
Perkembangan jaringan komunitas-komunitas Cina di seluruh
dunia akan membuat kekristenan Cina memainkan peran global yang besar
dalam dinamika geopolitik dan demografis dunia.
Jaringan Cina Kristen
akan menjadi komando dan penggerak ekspansi misi global.
Revolusi Kebudayaan telah mengecewakan masyarakat Cina.Indoktrinasi
(cuci otak) ajaran komunisme/atheisme yang materialistis telah membuat
orang Cina menjadi sangat egoistis, korup dan asusila.
Ajaran Komunis
telah membuat orang Cina “kehilangan jiwanya”. Sehingga kondisi ini juga
membuat mereka sangat haus akan hal-hal rohani. Selama 200 tahun lebih
kekristenan menyesuaikan diri dengan realitas masyarakat setempat.
Dengan banyaknya pemimpin-pemimpin pribumi, literatur Kristen yang
kontekstual, pertumbuhan gereja yang cepat/dramatis, distribusi
geografis, banyaknya jumlah orang Kristen, pengaruh sosial, perkembangan
kemandiriannya dan status resminya, -saat ini agama Kristen tidak lagi
dipandang sebagai agama yang diimpor dari Barat, tetapi sebagai agama
orang Cina.
Saat ini kalau di Barat kekristenan sudah diasosiasikan
sebagai agama tradisional, sebaliknya di Cina kekristenan dianggap
sebagai agama modern, bisnis dan sains.
Dekadensi moral, keserakahan dan korupsi sedang merajalela di Cina.
Orang Cina dan banyak orang dalam pemerintahan, bahkan ilmuwan-ilmuwan
sosial percaya bahwa nilai-nilai Kekristenan merupakan sumber, harapan
dan solusi terbaik untuk membangun moralitas masyarakat.
Pemimpin-pemimpin pemerintah Cina sadar bahwa mereka memerlukan etos
kerja yang kuat, kasih akan sesama, disiplin diri dan kepercayaan
(integritas) sebagai mesin akselerator dan dinamisator pertumbuhan
ekonomi bangsa agar bisa booming terus.
Pemerintah Cina
melihat bahwa kekristenan Protestanlah yang paling berjasa dalam
memajukan sistim pendidikan dan kebudayaan Cina modern, melalui
institusi-institusi pendidikan dan sosial yang mereka bangun.
Moralitas
Kristen diperlukan untuk menjamin stabilitas sosial dan pertumbuhan
ekonomi Cina. Jadi mereka melihat bahwa sama seperti kesuksesan Eropa
Barat dan Amerika Serikat karena ditopang kekristenan, Cina pun juga
akan maju apabila ditopang oleh fondasi kekristenan yang kuat.
Kemunduran ekonomi AS dan Eropa, di mata orang Cina Kristen
disebabkan karena kemerosotan iman orang Kristen dan sekularisme.
Karena
itu, orang Cina berharap dengan memeluk Kristen dan belajar dari sukses
masa lalu dan kegagalan AS dan Eropa saat ini, mereka akan bisa lebih
makmur di masa yang akan datang.
Mereka percaya Cina akan bisa menjadi
lebih hebat kalau dibangun diatas Kristus dan kekristenan yang Injili.
Walaupun kebebasan beragama saat ini dijamin konstitusi, namun lebih
banyak umat Kristen lebih senang bergabung dengan Gereja/Persekutuan
bawah tanah, karena lebih bebas kotbah dan ibadahnya, lebih mandiri dan
tidak diawasi oleh Partai Komunis.
Partai Komunis memang membiarkan
kekristenan berkembang lagi, karena mempertimbangkan faktor manfaat
ekonomis dan sosialnya, namun mereka masih ingin mengawasi dan
mengontrol orang-orang Kristen, dengan menentukan tempat dan jadwal
ibadah dan apa isi kotbahnya.
Gereja-gereja rumah (bawah tanah) Protestan sebenarnya tetap
ditolerir asal mereka menghindari konfrontasi dengan pemerintah dan
jemaat mereka tidak lebih dari 25 orang (Karena kalau berkumpul lebih
dari 25 orang harus mendapat izin dari pemerintah).
Partai Komunis
mengatur agar Gereja rumah tetap kecil supaya mereka tidak berkembang
sehingga bisa membahayakan kekuasaan partai lokal.
Akan tetapi, justru
kebijakan pemerintah Komunis ini yang membuat gereja-gereja rumah
semakin bertumbah bak jamur di musim hujan. Karena begitu berkembang,
mereka akan membuka cabang-cabang baru.
Partai Komunis sadar, kalau mereka terlalu menekan kekristenan akan
timbul perlawanan terorganisir. Akan tetapi kalau terlalu bebas bisa
mempengaruhi kepemimpinan mereka.
Mereka sadar bahwa Gereja sangat
berperan dalam peristiwa-peristiwa yang mendorong pada keruntuhan Tembok
Berlin dan kemajuan demokrasi di Eropa Timur.
Mereka sadar bahwa
usaha-usaha untuk menjatuhkan komunisme di Uni Soviet sebagian besar
dilakukan oleh orang-orang Krsiten. Pemerintah Cina juga tahu bahwa 30%
orang yang terlibat dalam aksi demonstrasi pemberontakan Tiananmen pada
tahun 1989 adalah aktifis-aktifis Kristen.
Di Cina, ada satu Gereja yang memiliki 100.000 cabang, -rata-rata 1
gereja memiliki 50 orang. Maka jumlah anggota gereja ini 5 juta orang
lebih.
Meskipun mengalami perkembangan yang pesat, tetapi kualitas,
pelayanan dan kekuatan orang Kristen di Cina masih kurang. Masih harus
belajar dari Korea Selatan, misalnya.
Salah satu problem Gereja di Cina
saat ini adalah minimnya pemimpin yang terdidik dan terlatih secara
akademis (khususnya di Gereja-gereja bawah tanah).
Puji Tuhan, sudah
mulai banyak yayasan-yayasan dan seminari yang berjuang untuk
mempersiapkan calon-calon pemimpin gereja yang berkualitas.
Gereja-gereja bawah tanah merupakan tempat beribadah satu-satunya selama penganiayaan pada masa Revolusi Kebudayaan.
Gereja Cina saat ini merupakan cermin masyarakat Cina saat ini,
sedang mengalami transformasi yang begitu cepat dan besar. Ada lima tren
yang akan membuat Gereja Cina terlibat dalam misi dunia, yaitu
Pertama,
Urbanisasi. Pada saat Mao Zedong mati, 79 % orang Cina adalah petani.
Tetapi pada tahun 2015 nanti lebih dari separuh penduduk Cina akan
tinggal di kota-kota besar.
Dengan terjadinya perubahan dalam lingkungan
sosial, gereja gereja desa akan menjadi semakin modern, mempromosikan
hubungan antara desa-desa petani dan kota-kota besar.
Banyak pekerja
migran yang tertarik kepada kekristenan dan bergabung dengan
gereja-gereja rumah. Pekerja migran biasanya merupakan korban
diskriminasi dan dianggap warga Negara kelas dua.
Di gereja rumah mereka
sangat disambut.
Kedua,
Berkembangnya Kelas Menengah.
Mayoritas orang Cina saat ini adalah kelas menengah, yang tidak bekerja
lagi secara manual, tetapi lebih kepada kemampuan otak. Jumlah pengguna
handphone dan internet terbanyak di dunia adalah orang Cina.
Ini
membuat mereka semakin terbuka kepada dunia luar dan Injil. Gereja di
Cina saat ini penuh oleh kalangan kelas menengah dan kerah putih.
Ketiga,
Ledakan penduduk dan pertumbuhan ekonomi. Tuhan pasti sangat mengasihi
Cina, sehingga Dia menciptakan begitu banyak orang Cina.
Setiap minggu
ada 3 juta orang lahir di Cina. Cina saat ini sangat aktif berinvestasi
di Afrika, Timur Tengah dan Asia Tenggara.
Bahkan ekonomi Eropa saat ini
bergantung pada bantuan Cina.
Keempat,
Kebangunan
rohani. Meskipun Cina tidak punya pendeta-pendeta kebangunan rohani
Protestan yang besar-besar seperti Jonathan Edward, Charles Spurgeon,
George Whitefield dan Wesley bersaudara, Cina saat ini sedang mengalami
gelombang kebangunan rohani yang massif.
Kelima,
orang
Cina memiliki semangat berpetualang ke seluruh dunia, seperti AS dan
Inggris dulu, yang mempunyai jiwa untuk mengubah dan menaklukkan dunia.
Sekarang adalah giliran Cina.
Ada banyak pengusaha Cina Kristen,
khususnya dari Wenzhou, yang dikenal sebagai “Yerusalem”nya Cina, yang
aktif mendukung pembangunan gereja lokal secara finansial.
Mereka
membangun gereja-gereja besar dan ini membuat pertumbuhan orang Kristen
semakin cepat. Kelima faktor/tren itu yang juga membuat AS dan Inggris
berkontribusi pada misi dunia dulu.
Gereja di Cina saat ini sedang mempersiapkan diri untuk terlibat
aktif dalam transformasi misi dunia dan menjadi kekuatan misi terbesar
di dunia.
Mereka begitu antusias memberitakan Injil dan ingin membangun
masyarakat Cina dengan nilai-nilai Injil. Karena mereka sangat yakin
Injil membawa kemerdekaan, pembebasan dan kesejahteraan.
sumber : diswini
[Continue reading...]
BARTELLA, - Kendati keadaan belum aman sepenuhnya,
beberapa orang Kristen Asyur telah berani pulang ke kampung halaman
mereka di kota Bartella, sebuah kota di bagian utara Irak yang mayoritas
penduduknya beragama Kristen.
ISIS telah kalah dan berhasil dihalau
dari kota itu.
Mereka menegakkan kembali salib yang pernah dilenyapkan.
Mereka
memasuki ruang gereja yang berantakan dan memanjatkan Doa Bapa Kami, doa
universal yang diajarkan Yesus kepada umat Kristen yang mengajarkan
kepasrahan, pengharapan dan pengampunan.
Kelompok ekstremis Negara Islam Irak dan Suriah atau ISIS telah dua
tahun mengendalikan kota itu.
Tetapi sejak awal pekan ini, mereka
digempur dan takluk kepada pasukan Irak yang didukung oleh koalisi
pimpinan AS. ISIS praktis telah terhalau dari kota itu.
Ini mendatangkan sukacita bagi warga Kristen Asyur. Los Angeles Times
menggambarkan sukacita itu lewat Hussam Matti, salah seorang penduduk
Bartella, yang pulang dan merayakan kekalahan ISIS.
Ia berlutut ke
tanah, meraih dua genggam tanah dan menuangkannya di atas kepalanya. Itu
cara dia merayakan telah kembalinya dirinya ke Bartella.
"Ini adalah bumi Bartella," teriaknya. "Ini tanah kami."
Pasukan pemerintah awal pekan ini merebut kembali kota Bartella, yang
jaraknya delapan mil di sebelah timur Mosul.
Namun sampai hari Sabtu,
suara desing peluru dan pertempuran masih berlangsung. Kota ini
merupakan jalur penting menuju Mosul, kubu utama terakhir ISIS.
Pertempuran juga masih terus berlangsung di Kirkuk, 100 mil di
sebelah tenggara Mosul, di mana militan ISIS sebelumnya telah
meluncurkan kontra-serangan besar.
Para pejabat lokal mengatakan
sedikitnya 80 orang tewas dalam operasi itu, sebagian besar aparat
keamanan Kurdi, dan sekitar 170 luka-luka.
Mayat 56 gerilyawan ISIS telah diangkut dari kota itu, kata para pejabat setempat.
"Hampir semua teroris yang masuk Kirkuk telah dieliminasi, dan kami
memiliki kontrol penuh, kecuali mungkin satu daerah di mana mereka
sedang dpaksa akan keluar," kata Perdana Menteri Irak Haider Abadi
setelah pertemuan di Baghdad dengan Menteri Pertahanan AS Ash Carter
pada hari Sabtu.
Pulang ke Rumah adalah Perayaan
Dikuasainya Bartella dianggap sebagai langkah besar karena sebelumnya
ini merupakan rintangan penting menuju Mosul.
Dan bagi warga, kembali
untuk pertama kalinya ke Bartella sejak militan ISIS diusir pekan ini,
merupakan perayaan.
Dulu mereka tidak pernah terpikir kota kecil berpenduduk 20.000 ini
akan jatuh ke dalam cengkeraman ISIS.
Tetapi dua tahun lalu ISIS
memasuki kota dan mengumumkan kekhalifahan mereka.
Beberapa minggu setelah Mosul jatuh, warga Bartella masih berkumpul
di kafe-kafe kecil minum kopi dan bermain domino. Mereka masih yakin
bisa tinggal di kota itu.
Lalu para jihadis ISIS menghancurkan semua
ketentraman. Mereka menghabisi tentara pasukan Kurdi yang menjaga
Bartella.
Para warga Kristen itu pun mengungsi.
Minggu ini, dalam kampanye untuk membebaskan Mosul, anggota pasukan
elit Counter-Terrorism Services Irak menghalau militan ISIS dari
Bartella. Itu merupakan pertempuran yang brutal.
Tembak-menembak terjadi
di jalanan dan di berbagai front.
Pasukan Irak berhasil sepenuhnya merebut kembali kota Bartella, walau
masih menghadapi perlawanan di beberapa kantong perlawanan.
Bagi Matti, meskipun masih berbahaya, tidak ada ketakutan untuk pulang, setelah dua tahun mengungsi ke Baghdad.
"Dalam dua tahun ini saya (serasa) mati. Sudah 32 tahun saya hidup --
saya akan melupakan mereka (ISIS).
Sekarang saya lahir kembali," kata
dia, didampingi beberapa anggota pasukannya, semuanya adalah milisi
Kristen Kurdi.
Mereka membawa dua potong kayu untuk dijadikan berbentuk salib.
Mereka membawanya ke puncak Mar Smony, gereja di sisi timur kota.
Mereka
mengangkat salib ke atas kubah gereja dan menghiasinya dengan bendera
Irak.
Salah seorang dari mereka, dengan sentuhan upacara, menyusun
dekorasi kandang Natal yang ia dapatkan dari dalam ruangan gereja yang
sudah hancur.
Para pejuang ISIS telah merubuhkan semua salib ketika mereka menyerbu kota itu dua tahun lalu.
"Saya tidak tahu apa yang harus dilakukan.
Menangis? Tertawa? Saya
belum percaya ada di sini, " kata Khaled Shamoun, seorang milisi Kristen
berusia 52 tahun, memandang salib ketika seorang prajurit membunyikan
lonceng gereja terdekat.
Shamoun telah kembali dari Baghdad empat hari sebelumnya bersama
dengan anaknya untuk bergabung dengan milisi Kristen lain di daerah itu.
Ia sangat ingin pergi ke kampung halamannya Qaraqosh, sebuah kota
Kristen Asyur terletak 20 mil sebelah tenggara Mosul, yang masih
dikuasai ISIS.
Para milisi itu kemudian masuk ke dalam gereja di antara buku-buku
doa yang hangus dan mimbar kayu yang porak-poranda.
Mereka duduk di
bangku di depan altar kuno gereja Mar Shmony. Serempak mereka
memanjatkan Doa Bapa Kami.
Gereja yang berantakan itu mengingatkan mereka pada apa yang pernah
hilang: Mar Shmony dulunya tempat yang elegan untuk beribadah.
Ia kini
hancur. Di beberapa tempat, ada tulisan-tulisan grafiti yang dipakai
ISIS untuk menegaskan bahwa mereka menguasai properti itu.
Kemenangan yang Pahit
Bagi beberapa orang seperti Saher Shamoun, seorang tua yang datang
untuk memeriksa rumahnya, kemenangan atas ISIS itu terasa pahit.
Dia menatap tumpukan batu dan baja, sisa-sisa dari rumahnya yang
diruntuhkan. Rumah itu dia bangun dengan menabung dari gajinya sebagai
pegawai pemerintah.
Meskipun ia telah mendengar dari teman dan melihat gambar satelit
dari Google Earth yang menunjukkan bahwa rumahnya telah hancur, dia
bersikeras datang untuk melihat sendiri.
"Ketika saya melihat itu hati saya terkatup," katanya. "Anak-anak
saya tinggal dan menikah di sini, dan anak-anak mereka tinggal di sini."
Dia mengatakan dia tidak memiliki uang untuk membangunnya kembali.
"Orang-orang akan datang dan kembali ke rumah mereka .... Apa yang akan saya lakukan, memasang tenda? "kata dia penuh ironi.
sumber : disini
[Continue reading...]
Polisi secara brutal menyerang dan membubarkan umat Katolik yang berkumpul untuk berdoa di Vietnam bagian utara pada 19 Juni.
Sebanyak 60 polisi dan para pejabat menyerang serta menyeret umat
Katolik yang menghadiri sesi doa mingguan yang diadakan di rumah seorang
awam.
Pemerintah Vietnam terus melakukan tindakan represif kepada orang
Kristen di negara komunis itu. Gereja harus memberitahu pihak berwenang
sebelum pelayanan doa atau Misa.
Sebuah sumber Gereja yang tidak ingin menyebut identitasnya
mengatakan Tran Thi Tram, pemilik rumah, mengadakan pertemuan doa
tersebut untuk memperingati ulang tahun kematian ibunya. Sejumlah umat
hadir.
Polisi masuk ke rumah di distrik Muong Khuong, Provinsi Lao Cai.
Mereka membubarkan peserta dan menyita ponsel ketika orang mencoba
mengambil video.
Polisi memukul Tram, suami dan putrinya serta seorang wanita tetangga karena melawan mereka.
“Polisi secara brutal menyerang dan menyeret mereka keluar dari rumah seperti anjing,” kata sumber itu kepada ucanews.com.
Polisi juga menggunakan pengeras suara untuk memerintahkan umat
membubarkan diri. “Mereka membuat gaduh,” kata sumber itu. “Dan mereka
meminta umat Katolik untuk tidak mengganggu ketertiban umum.”
Seorang aktivis Kristen mengatakan polisi telah “memasuki rumah
secara ilegal,” dan “kebebasan beragama dilanggar dan tidak menghormati
orang.”
Serangan seperti itu adalah ketiga dalam waktu satu bulan. Polisi dan
pihak berwenang secara brutal membubarkan sebuah Misa hari Minggu yang
diadakan oleh Pastor Joseph Nguyen Van Thanh pada 12 Juni.
Sebelumnya, pada 28 Mei, mereka mengancam dan menghambat seorang imam lokal untuk merayakan Misa bagi umat Katolik setempat.
Umat Katolik setempat telah mengajukan petisi kepada pemerintah untuk
mengizinkan mereka membangun sebuah kapel, tetapi ditolak. Maka mereka
berkumpul di rumah-rumah pribadi untuk mengadakan Misa dan doa.
sumber : disini
disini
[Continue reading...]
ROMO YANG DIANIAYA di VIETNAM
ROMO Joseph Nguyen Van The diserang empat orang, Sabtu sore, 7/5. Imam Keuskupan Bac Ninh, Vietnam itu dipukul dengan besi.
Insiden ini terjadi di tengah perjalanan Pastor The untuk memimpin Misa rutin di Stasi Son Duong, Provinsi Tuyen Quang.
Menurut juru bicara Keuskupan Bac Ninh, Pastor Nguyen Van Hoi, luka-luka Pastor The cukup parah sehingga butuh penanganan di Rumah Sakit Hung Vuong, Provinsi Phu Tho.
Sopir dan dua perempuan yang menemani Pastor The sama sekali tak disakiti, seperti dilansir ucanews.com 12/5.
Pastor The sudah kesohor di sekitar Tuyen Quang sebagai aktivis pembela hak-hak masyarakat lokal, terutama kaum tani.
Ia menggerakkan rakyat menolak aktivitas tambang dan perampasan lahan.
Ia sempat memimpin petani melawan pemerintah karena kebijakan tambang pasir ilegal dan penjarahan lahan yang merugikan petani dan merusak lingkungan hidup.
Disinyalir, motif penganiayaan atas Pastor The terkait erat dengan aktivitasnya sebagai pejuang rakyat kecil yang tertindas.
KISAH DIBALIK PEMBUNUHAN PELAYAN PASTORAL di DUNIA
TIAP tahun Gereja di beberapa tempat di dunia mengalami pengalaman teraniaya. Tahun 2015, sebanyak 22 pelayan pastoral wafat di medan karya.
Agenzia Fides mencatat, jumlah ini sama dengan yang terjadi selama tahun 2013.
Tragedi pembunuhan para pelayan pastoral ini terjadi di empat benua.
Amerika–terutama Amerika Latin–menempati urutan tertinggi jumlah pelayan pastoral yang dibunuh selama tujuh tahun terakhir.
Tahun 2015, sebanyak tujuh imam dan seorang suster dibunuh di benua tersebut.
Sementara itu, Asia menempati urutan kedua dengan tujuh orang dibunuh. Mereka terdiri dari seorang imam, dua suster, dan empat awam.
Posisi berikutnya ditempati Afrika, yakni tiga imam, seorang suster, dan seorang katekis.
Yang terakhir adalah Eropa dengan kasus pembunuhan dua imam. Jadi selama tahun 2015, sudah 13 imam dibunuh dengan empat suster dan lima awam.
Kebanyakan kasus pembunuhan para pelayan pastoral ini terjadi dalam kasus-kasus perampokan.
Hanya sedikit kasus yang murni penganiayaan dan pembunuhan.
Namun banyak orang menilai, kasus perampokan hanyalah bungkus belaka.
Para pelayan yang dibunuh merasul di tengah konteks sosial yang biasanya sedang dilanda persoalan, baik kemiskinan, penindasan, keterbelakangan maupun ketidakadilan.
Mereka menjadi pelayan Gereja, membantu orang kecil, membela orang tertindas mengurusi yatim piatu dan korban narkoba, dll.
Disinyalir, karena karya-karya itulah, mereka mengalami intimidasi, teror hingga harus kehilangan nyawa –bahkan dibunuh bersama orang yang mereka layani.
Menanggapi pembunuhan para pelayan pastoral ini, dalam salah satu Renungan Doa Angelus, Paus Fransiskus mengatakan, “Kemarin, seperti hari ini, terus muncul kegelapan dengan menolak kehidupan.
Tapi sinar yang masih kuat adalah cahaya cinta yang mengalahkan kebencian dan menciptakan dunia baru.”
sumber : disini
disini
[Continue reading...]
Seorang wanita harus kehilangan nyawanya setelah upaya keajaiban yang
dilakukan seorang pendeta gagal total.
Kejadian itu terjadi di sebuah
Gereja Mount Zion, di Polokwane, Provinsi Limpopo, Afrika Selatan.
Seorang pendeta bernama Lethebo Rabalango itu berniat ingin menunjukkan
kemampuannya bahwa ia benar-benar memiliki keajaiban.
Untuk
membuktikannya, ia mengundang seorang wanita untuk menjadi bagian dari
aksinya.
Wanita itu diminta berbaring di lantai dan kemudian menempatkan speaker
besar di atas tubuh wanita tersebut.
Parahnya lagi, Lethebo duduk di
atas speaker itu dan semakin menambah beban yang harus ditanggung wanita
malang itu.
Dalam salah satu foto yang diperoleh media lokal, pendet kontroversial
itu terlihat duduk nyaman di atas speaker yang menimpa wanita tersebut.
Sepanjang aksinya, pendeta tersebut memberikan mikrofon kepada wanita itu untuk
berbicara, tapi anehnya ia tidak bergerak dan diam saja.
baca juga : Mengaku Nabi dari Africa, mencoba jalan diatas Air gagal, dimakan buaya deh.
Setelah limat menit, sang pastor berserta rekannya mengangkat speaker
dari atas tubuh wanita itu dan ia baru sadar bahwa wanita tersebut sudah
tidak sadarkan diri.
Wanita yang tak disebutkan namanya itu sempat sadar kembali setelah
diberi pertolongan pertama.
Namun ia mengeluh kesakitan karena tulang
rusuknya patah. Ia pun segera dilarikan ke rumah sakit.
Menurut laporan Jacaranda FM, stasiun radio independen di Afrika
Selatan, mengatakan kalau wanita tersebut meninggal karena pendarahan
internal yang parah.
Lebih buruknya lagi, reaksi pak pendeta Lethebo terhadap kematian wanita yang jadi
korban aksi percobaannya.
Ia mengatakan kalau wanita tersebut memiliki
keyakinan Iman yang kecil sehingga tak mampu melaksanakan tugas sekecil itu.
Para pendeta di Afrika memang terkenal suka menyuruh pengikutnya untuk
melakukan hal-hal aneh.
Seperti memakan rumput, rambut manusia, atau
menjual pena.
DON'T TRY THIS AT HOME!!
sumber : disini
[Continue reading...]